Sampai habis air mataku
“Aku akan selalu merindukanmu sampai
kapanpun”. Itulah kata yang aku lontarkan untuknya ketika ia telah pergi untuk
terakhir kalinya. Sebut saja namaku Angelina aku biasa di panggil Angel. Entah
kenapa aku melontarkan kata itu untuknya di saat aku tau kelak aku tak akan
lagi mampu untuknya. Aku mencintainya seperti aku mencintai diriku sendiri,
mungkinkah dia cinta terakhirku? Mungkin tidak, Aku ini siapa untuknya? Aku
Bukan siapa siapa untuknya.
Kejadian ini bermula beberapa hari
yang lalu, dimana saat aku di vonis mengidap kanker Mata, saat itu aku malu
untuk bertemu siapa siapa karena keadaanku yang tak mungkin lagi sempurna untuk
melihat, meski aku masih bisa melihat tapi tidak dengan jelasnya pandangan itu.
Pagi itu aku terbangun untuk
kesekolah berharap hari itu adalah hari bahagia untukku, pagi indah aku lewati
dengan senyuman. Tapi, sesampai aku di sekolah kepalaku mulai pusing dan terasa
ingin pecah berkeping keeping aku pun tak konsen mengikuti pelajaran waktu itu.
Tuhan, ada apa denganku? Gelisah dalam hatiku. Aku pun sempat berfikir untuk
berfikir fositif aku mengira hal itu adalah sakit biasa saja. Istirahat pun
tiba, aku tak bersama sahabatku tian untuk jajan kekantin sekolah. Aku masih
saja tetap menahan sakit di kepalaku. Saat ku buka Internet buat mencari solusi
menghilangkan sakit pada kepalaku ini, aku terkejut. Saat di salah satu artikel
itu membahas kanker mata. Aku pun sempat gelisah dengan itu tapi aku baca
sedetail mungkin ternyata tidak seperti fikiranku ini.
Lelah aku mencari solusi untuk
menghilangkan sakitku ini. Aku pun tak bisa lagi memegang Gadget yang aku
pegang untuk membuka Internet seakan akan Gadget itu sangat berat di tanganku.
Gadget itu pun sempat jatuh dari tanganku, perasaanku semakin tidak enak saat
itu. Aku pun mulai sadar ketika bel Pertanda masuk belajar untuk pelajaran
selanjutnya. Aku pun memasang muka ceria kepada sahabatku walau sulit lagi
untuk tersenyum karena menahan sakit ini.
Pelajaran pun di mulai Matematika
kembali di lanjutkan, saat itu aku pun di tunjuk naik kedepan untuk menjawab
soal. Jangankan menulis, jalan menuju kedepan saja bagaikan 10KM dari tempatku.
Aku pun paksakan untuk naik menjawab soal dari ibu guru itu. Saat aku mulai menulis
entah kenapa kepalaku terasa sakit bukan main. Ah, aku tidak fikirkan aku Cuma
berfikir bagaimana cara menjawab soal ini dengan cepat agar aku bisa duduk
kembali.
Di sela sela aku menjawab soal di
atas. Kenapa hidungku terasa panas? Aku pun baru menyadari aku mimisan saat
darah itu menetes ke lantai aku pun menutup hidungku dengan sapu tangan di
kantong bajuku. Dengan menjawab soal itu aku pun menahan sakitnya kepala dan
juga menutupi hidungku yang sedang berdarah. Soalpun telah aku kerjakan, akhirnya
aku bisa kembali lagi duduk. Sempat teman temanku bertanya aku kenapa menutup
hidungku, aku Cuma menjawab aku lagi influensa. Di saat aku berjalan menuju
tempatku duduk kenapa mataku terasa panas pandangan tak jelas lagi untuk
melihat. Sesampainya aku di tempatku di dalam hatiku Cuma bertanya apa aku
mengidap kanker yang aku baca tadi itu? Ah, tidak mungkin. Aku pun coba
menghilangkan fikiran negatifku di dalam fikiranku.
Bel pulang pun tiba, kakakku pun
menjemputku untuk pulang. Aku pulang dengan senyuman yang ku lontarkan kepada
kakakku. Sesampaiku di dalam kamarku, entah mengapa sakitku belum juga hilang,
aku pun berisiniatif untuk tidur sejenak. Saat aku tau aku tidur terlalu
nyenyak tepat pukul 21:22 aku baru bangun. Ya tuhan, kenapa aku tidur selama
ini. Saat aku bangun aku pun melihat hidungku penuh darah yang tak aku sadari.
Darah itu pun sempat membuatku kaget ketika saat aku lihat di tempat tidurku
banyak darah. Aku pun mengira aku mungkin sedang menstruasi, tapi kenapa jika
aku menstruasi kenapa bukan darahnya di bawahku tapi mengapa di daerah kepalaku
pada tempat tidur itu. Mungkinkah itu darah dari hidungku? Ah. Itu bohong. Aku
pun membersihakn sprai itu. Besoknya tepat hari libur aku di bawah kerumah
sakit untuk periksa karena Tian sahabatku mengadu kepada kakakku kalau kemarin
aku mimisan. Di rumah sakit itu aku ketakutan. “ Kenapa aku di bawah kesini
kakak? Aku baik baik saja. Aku sehat kok” ujarku kepada kakakku. Tapi kakakku
menanggapinya dengan senyuman. Dokter pun tiba. Entah kenapa aku tiba tiba
takut dengan dokter padahal aku sendiri ingin menjadi dokter. Kenapa sekarang
aku takut dengan dokter? Aku pun di periksa, mulutku di periksa dan darahku di
ambil untuk uji tes laborotorium. Dan hasilnya keluar besok. Dalam hatiku mulai
takut. Ada apa dengan diriku,tuhan?
Seperti pagi pagi yang lalu aku pun
berangkat kesekolah. Hari ini di sekolah tidak seperti kemarin hari ini aku
sedikit ceria. Aktif kembali dalam pelajaran. Pulang sekolah aku pulang bersama
Sahabatku Tian, kebetulan rumah kami saling berhadapan. Sepulang sekolah aku
terima surat dari rumah sakit kebetulan rumah sedang sepi Mbak yanti pun lagi
di dapur menyiapkan makanan. Aku curi curi tempat untuk melihat isi dari surat
hasil tes lab itu. Sebelum ku membuka surat itu perasaanku pun mulai tidak
enak. Tuhan semoga ini tidak kenapa kenapa, ujarku dalam hati.
Perlahan lahan aku mulai membuka isi
surat itu. Terlihat nama lengkapku terpampang di isi surat itu dan juga
golongan darah dan umurku, saat aku melanjutkan membaca isi surat itu, hatiku
mulai ketakutan “ada apa denganku? Tuhan semoga ini tidak ada apa apa”
Saat kumulai melanjutkan membaca,
ternyata isi surat selanjutnya membuatku meneteskan air mata. Benar
firasatku saat di sekolah waktu itu. Aku
di vonis menderita Kanker Mata stadium 1. Bibiku pun pulang dari kantornya.
Bibiku bertanya kepadaku apa isi surat itu. Aku pun berbohong agar bibiku tak
mengetahui sebenarnya aku mengidap kanker. Aku Cuma bilang kepada bibiku kalau
aku baik baik saja. Dan bibiku pun bertanya kenapa aku menangis, lagi dan lagi
aku berbohong aku Cuma bilang kalau aku senang karena aku baik baik saja dengan
senyumanku lontarkan kepadanya. Bibiku pun mulai meninggalkan aku di pojok
ruang keluarga itu. Aku pun segera masuk kekamarku.
Dalam kamarku aku Cuma bisa menangis
dan bertanya Tanya kenapa aku bisa begini kenapa aku mengidap kanker? Memang
beberapa bulang yang lalu aku pernah di vonis mengidap tumor jinak tapi itu
bisa disembuhkan. Tapi, aku semakin sakit hati jika orang orang tau kalau aku
mengidap kanker ini. Aku pun memutuskan untuk menyembunyikan penyakitku dari
keluargaku. Terutama mamaku, aku tak tega memberitahu kepada mamaku kalau aku
menderita penyakit ini. Apalagi aku juga Cuma anak tunggal di keluargaku.
Walaupun aku menderita penyakit ini
aku tetap melontarkan senyum kepada keluargaku, aku pun tetap selalu bercanda
dengan kakakku yang aku anggap sebagai kakak kandungku. 1 bulan aku
menyembunyikan hal ini dari keluargaku. Surat panggilan dari rumah sakit untuk
melakukan kemoterapi aku bakar biar tidak ada yang tau penyakitku ini. Aku
sungguh malu dengan sikap dan sifatku aku sudah mulai berbohong kepada
keluargaku.
Selama aku di vonis kanker tersebut
aku rajin untuk ke gereja hampir setiap hari aku kegereja, keluargaku pun
sempat curiga kenapa aku terus kegereja? Aku Cuma menanggapi aku ingin lebih
dekat dengan tuhan. Beberapa hari kejadian itu aku pun mulai bersemangat
kembali aku seperti tak menderita penyakit apapun. Dua bulan kemudian, sakitku
pun kembali datang menyerangku. Kepalaku mulai sakit kembali dan pandanganku
tak jelas lagi. Aku pun kembali ke rumah sakit untuk periksa ternyata
penyakitku memasuki Stadium 2. Aku semakin tertekan karena itu. Tuhan apa
mungkin aku akan berhenti bernafas? Tuhan kenapa cobaanmu kepadaku semakin banyak.
Aku pun tak tahan lagi untuk meneteskan air mata. Orang yang tau aku menderita
penyakit ini Cuma orang yang aku cintai saja, yaitu pacarku. Dia juga kaget
saat mengetahui hal ini. Aku juga menyuruhnya untuk menyembunyikannya dari
siapapun tapi dia bertekat untuk beritahu mamaku. Aku tetap melarangnya.
Setelah kejadian itu dia semakin perhatian kepadaku.
Perlahan lahan sahabatku Tian pun
mengetahuinya saat dia membaca kumpulan puisiku. Aku memang selalu membuat
puisi untuk diriku sendiri. Aku pun menangis di depannya saat dia tau hal ini.
Aku memohon kepadanya untuk menyembunyikannya dari siapapun.
Tak berhentinya aku terus menangis
dan terus menangis karena hal ini. Aku takut kalau hal ini terbongkar oleh
keluargaku. Aku takut sampai kapan aku terus menangis? Aku sudah terbayang
bayang oleh luka di hati keluargaku jika mereka mengetahui hal ini. Beberapa
hari ini aku selalu menangis, aku terus di kamar untuk merenung menuliskan
kisah hidupku dan membuat puisiku. Entah sampai kapan aku menyembunyikan hal
ini. Aku juga menolak untuk berobat walau kekasih dan sahabatku menyaranku
untuk memberitahu kepada keluargaku dan juga melakukan perawatan. Sungguh aku
tidak sanggup kalau harus mengikuti lagi kemoterapi, aku penah juga melakukan
kemoterapi saat tumor itu menyerangku tapi bersyukur aku pun dapat di sembuhkan
tapi aku tidak yakin dengan Penyakitku kali ini. Aku tak ingin melihat
kesedihan di mata keluargaku, biarkan air mataku saja yang mengalir untuk
diriku sendiri. Sampai saat ini saja aku tak memberitahukan kepada keluargaku
tentang penyakitku ini. Aku pun mulai mengurung diri. Dan terus menangis.
Terlebih juga kekasihku yang aku cintai saat ini tak ada kabar untukku. Sungguh
berat penderitaanku aku merasa kotor bersama mereka yang sehat dan baik baik
saja.
Hari demi hari aku lewati dengan
tangisan, mungkin hal ini yang bisa aku ungkapkan demi melegakan hatiku yang
penuh dengan air mata kesedihan. Entah sampai kapan air mataku ini Berhenti
mengalir. Mungkin SAMPAI HABIS AIR MATAKU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimah kasih atas kunjungannya, Dan maaf kalau ada kata yang tida berkenang. suka atau tidaknya itu adalah pilihan dari anda.
Mohon bantuannya untuk mendoakan blog saya sukses